Rabu, 22 Desember 2010

Mindi (Melia azedarach)

Deskripsi Tanaman Mindi (Melia azedarach)

Mindi atau sering disebut geringging merupakan tumbuhan berhabitus pohon, termasuk

dalam kelompok suku Meliaceae (Wardani, 2001). Sifat tumbuhan ini diantaranya selalu hijau di

daerah tropis basah tetapi menggugurkan daunnya selama musim dingin di daearah beriklim sedang (temperate), suka cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran terhadap salinitas tanah dan suhu di bawah titik beku serta tahan terhadap kondisi dekat pantai, tetapi tumbuhan ini sensitif terhadap api (Anonim, 2001). Tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, pada ketinggian 0-1200 mdpl, dapat tumbuh pada suhu minimum -50C suhu maksimum 390 C dengan curah hujan rata-rata pertahun 600-2000 mm. Pohon mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, kemudian banyak di tanam di daerah tropis dan sub tropis termasuk Indonesia. Untuk Indonesia sudah banyak di tanam di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya (Wardani, 2001).

Pohonnya dapat digunakan sebagai peneduh di kebun kopi, dan tanaman reboisasi di lahan kritis (Hendromono, 2001). Pada umur l0 tahun dapat mencapai tinggi bebas cabang 8 meter dan diameter ± 40 cm. Pohon mindi termasuk jenis yang tumbuh cepat, dengan batang lurus, bertajuk ringan, berakar tunggang dalam dan berakar cabang banyak. Pohon mindi di kebun rakyat Cimahpar, Bogor umur 10 tahun mempunyai tinggi bebas cabang sekitar 10 m dan diameter 38,20 cm. Tinggi pohon mencapai 45 m, tinggi bebas cabang 8 - 20 m, diameter sampai 60 cm (Irwanto, 2007)

Penggunaan kayunya untuk mebel, parket, kayu lapis indah dan venir lamina indah.

Produk berupa mebel, Parket dan kayu lapis indah sudah di ekspor (Anonim, 2001). Selain kayunya yang dapat dimanfaatkan seperti telah dipaparkan di atas, daun dan biji mindi pun

dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Ekstrak daun mindi dapat dijadikan sebagai

bahan untuk mengendalikan hama termasuk belalang. Disamping berguna sebagai bahan pestisida, tanaman mindi juga dikenal sebagai tanaman obat. Kulit mindi telah dilaporkan sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit, daun dan akar tanaman mindi telah digunakan sebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang. Suatu glycopeptide yang disebut meliacin diisolasi dari daun dan akar tanaman mindi berperan dalam menghambat perkembangan beberapa DNA dan RNA dari beberapa virus misalnya virus volio (Sulastiningsih, at al,2001).

Teknik Penanganan Benih Mindi

Sebagian besar benih yang digunakan petani dikumpulkan dari pohon-pohon di lahan

petani. Kelebihan proses ini adalah benih segera tersedia, proses pengumpulan tidak mahal dan

pohon-pohon tidak memerlukan pengelolaan khusus. Pengalaman menunjukkan bahwa 75 – 100 % pohon-pohon benih tersebut terdapat di lahan petani. Pada awal penanaman, benih dari sumber benih seperti ini seringkali dikumpulkan dari sedikit pohon (l sd 5), asalnya tidak diketahui, dan keragaman genetiknya sempit. Selain itu, kriteria pemilihan benih yang utama

adalah melimpahnya panen benih, dan bukan kualitas pohon seperti kelurusan, umur, kesehatan,

kecepatan tumbuh, dsb. Benih juga sering dikumpulkan dari pohon terisolir, dimana benihnya

merupakan hasil penyerbukan sendiri. Semua faktor tersebut menghasilkan benih yang mutu fisiologik dan genetik di bawah optimal (Rohsetko, dkk, 2004).

Penanganan benih dimulai dari saat pengunduhan, mengeluarkan benih dari buah (ekstraksi), memilih dan memilah benih (seleksi dan sortasi), penyimpanan hingga perkecambahan (Bramasto, Y. 2008). Mungkin tidak seluruh kegiatan tersebut akan dilakukan oleh setiap petani, Lembaga Swadaya Masyarakat atau pihak lain yang terlibat dalam penanaman pohon, tetapi perlu diketahui bahwa seluruhan kegiatan tersebut merupakan suatu rangkaian yang mempengaruhi keberhasilan penanaman pohon yang dilakukan (Mulawarman, dkk, 2002).

Untuk menentukan waktu pengumpulan buah yang tepat diperlukan informasi mengenai masak fisiologis yang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah, dari hijau, hijau kekuningan dan kuning (Suita, E, dkk 2008). Selain perubahan warna, kriteria masak fisiologis buah ditandai dengan bau buah, kekerasan kulit, buah pecah atau rontok dan penurunanan kadar air serta perubahan biokimia buah. Saat Pengunduhan sebaiknya dilakukan apabila hampir seluruh buah (±75%) yang terdapat dalam satu pohon yang mencirikan masak.

Perbanyakan Tanaman

Pengadaan bibit mindi biasanya secara generatif, yaitu menggunakan biji. Karena adanya dormansi di kulit embrio pada biji mindi maka untuk dilakukan pembuangan kulit dalam dari

buah untuk mempercepat perkecambahan. Cara lain adalah dengan merendam biji pada suhu 800

selama 30 menit. Penaburan biji dilakukan di persemaian. Biji-biji ditutup tanah atau serasah

tipis saja. Setelah kecambah mencapai tinggi 2-4 cm dapat dipindahkan ke kantong plastik yang

berisi tanah. Bibit dipelihara di persemaian sampai tingginya mencapai 20 - 30 cm. Ukuran bibit

siap tanam dicapai pada umur 4 bulan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan

dengan membuat stek batang, mengambil anakan yang muncul dari akar atau mencangkok tanaman (Hendromono, 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar