Senin, 27 Desember 2010

Ekologi restorasi 2

Nama: Ridahati Rambey

NRP: E451090021

Kuliah ke 2 : Strategi Restorasi

Kerusakan disebabkan karena adanya pertambangan, minyak dan gas, perkebunan, penebangan ilegal dan legal, kebakaran hutan. Kerusakan hutan ini akan berdampak pada berkurangnya keanekargaman hayati (bodiversity), bukaan tajuk dan kondisi tanah. Maka upaya restorasi yang harus dilakukan adalah dengan meniru kondisi semula. Sebelum kegiatan restorasi dilakukan maka harus kenal dulu dengan fungsi dan karakter hutan yang di bangun. Apakah hutan yang akan dibangun berfungsi sebagai hutan produksi, lindung dan konservasi.

Kegiatan pertambangan biasanya di lakukan pada hutan-hutan tropis yang masih alami. Beberapa dampak kegiatan pertambangan diantaranya adalah, hilangnya vegetasi, hilangnya top soil dan sub soil tanah, tanah menjadi tidak stabil dan mudah tererosi, lahan marginal (miskin hara).

Ekosistem topika memiliki ciri khas yang unik mempunyai keanekaragam jenis yang tinggi, biodiversitas yang tinggi, sumber plasma nuftah, pengatur siklus air, penyerap CO2 dan penghasil O2. Hutan tropis menjadi sasaran areal pertambangan disebabkan karena banyaknya bahan mineral tambang yang bernilai ekonomis yang tinggi di bawah tanah seperti (nikel, emas, tembaga, minyak dan timah).

Kegiatan pertambangan di Indonesia diperbolehkan sesuai dengan UU no 41 tahun 1999, akan tetapi setelah kegiatan pertambangan dilakukan maka restorasi harus dilakuakan dengan syarat :1. Struktur dan ungsi hutan tidk berubah, 2 pengembalian struktur hutan sesuai dengan fungsinya.

Hutan tropika sangat rentan terhadap kerusakan dan sulit untuk dikembalikan seperti semula. Beberapa sifat hutan tropika yaitu top soil yang tipis, siklus hara tertutup dan ekosistem sangat stabil.

Ada 2 acuan yang digunakan dalam kegiatan restorasi yaitu: meniru proses suksesi dan meniru karakter hutan. Proses sukses i yang terjadi di lahan bekas pertambangan adalah lumut, rumput, paku-pakuan, perdu dan pohon. Proses perubahan tingkat vegetasi ini membutuhkan waktu yang cukup lama pada akhirnya nanti hutan akan mengalami kondisi subur karena sudah terjadi siklus hara tertutup.

1. Penanaman lumut yang berasal dari sekitar kawasan. Dimana lumut ini akan mengeluarkan humid acid yang dapat memecah mineral batu perlahan-lahan dan membuat tanah sedikit demi sedikit akan menjadi lembab.

2. Penanaman rumput (grass)

3. Penanaman perdu

4. Penanaman pohon

Masalah utama ketika akan melakukan restorasi adalah kondisi tanah di lapangan, bekas lahan pertambangan biasanya terdiri dari bebatuan yang masih utuh dan hanya sedikit top soil, miskin hara, bersifat racun (kadar Al yang tinggi). Permasalahan tanah dari segi disik yaitu terjadinya pemadatan tanah, kelembaban tanah yang rendah, tekstur dan porositas tanah yang jelek. Sifat biologi tanah yang jelek seperti mikroorganisme tanah berkurang. Dari segi kimia tanah miskin hara, pH rendah, rendahnya kapasitas tukar kation dan mineral toksit. Oleh karena kondisi tanah yang sangat marginal maka perlu dilakukan tindakan perlakuan yang memperhatikan konsep alam dengn bantuan berbagai bahan kimia.

Sifat tanah pada lahan bekas tambang perlu dianalisis terlebih dahulu untuk menentukan metode reklamasi yang tepat.

Revegetasi dilakukan

1. Pemilihan jenis setempat yang sesuai (jenis local, cepat tumbuh, katalitik spesies, pohon yang menghasilkan banyak serasah). Jenis tanaman yang cepat tumbuh dan menghasilkan serasah banyak diantaranya adalah macaranga, mallotus dan trema.

(Ruby, 2008) Tahapan rehabilitasi yang peru dilakukan utuk lahan marginal perlu di dahului dengan penanaman jenis-jenis cepat tumbuh dengan tujuan agar dapat memperbaiki kondisi lahan tersebut, sehingga fungsi hutan sebagai penyanggatata air dapat dipertahankan. Untuk menentukan kesesuaian jenis-jenis yang ditanam pada lahan bekas tambang.

2. Membuat persemaian jenis pohon setempat

3. Persiapan lokasi (termasuk analisa tanah)

Tanah yang mempunyai toksisitas yang tinggi seperti Al perlu dilakukan penambahan humid acid dan posfat saturation. Untuk memecah batuan diberikan terabrik dan humid acid.

4. Teknik penanaman

5. Perawatan

6. Monitoring dan evaluasi

7. Kegiatan revegetasi juga mengikutsertakan penduduk setempat

Kegiatan restorasi biasanya berlangsung cepat apabila menggunakan teknologi yang tepat, analisa tanah sangat perlu dilakukan dengan tujuan mengetahui kondisi awal tanah sehingga akan diketahui tindakan penambahan zat yang dilakukan.

Ruby, K. 2008. Kesesuaian tempat tumbuh beberapa jenis tanaman hutan pada Lahan Bergambut Terbuka di Kebun Percobaan Lubuk Sakat, Riau. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan engembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Volume V Nomor 2 Tahun 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar